Semua Perpustakaan
  • Semua Perpustakaan
  • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten
  • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Serang
  • Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Pandeglang
  • Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Tangerang
  • Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Serang
  • DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KOTA CILEGON
  • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lebak
  • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tangerang Selatan
  • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tangerang
Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul
  • Author
  • Penerbit
  • Lokasi Penerbitan
  • Subject
  • Call Number
  • ISBN/ISSN

Penantian Ibu

Jenis: Monograf

Author: Usman Hermawan

ISBN: 978-602-6663-00-9

Edisi: Cetakan 1

Publisher: Gong Publishing,

Fisik: vi, 218 halaman ; 19 cm

Subjek: Cerita Pendek Cuplikan

Bahasa: Indonesia

Penerbitan: Gong Publishing, 2017 : 2017

CallNumber: D 899.2213 USM p

Uraian Singkat: Satu, dua, tiga, empat, ya empat orang yang aku lihat. Aku masih ingat, badannya tegap-tegap. Di pekarangan dua mobilnya terparkir. Keempat lelaki itu berpakaian preman. Malam itu mereka datang mencari Sukat, adikku. Sukat tidak ada di rumah. Aku tiba sesaat mereka selesai menggeledah seisi rumah. Keadaan rumah berantakan. Aku lihat seorang diantara mereka memegang foto, kukira foto Sukat. Mereka mengira aku adalah Sukat. Aku disergap. Kendati sudah kutunjukkan kartu identitasku, mereka tidak percaya begitu saja. Kedua tanganku diikat. Aku dipaksa ikut mereka. Kata seorang diantara mereka, urusannya akan diselesaikan di kantor. Tak jelas, entah siapa dan dari mana mereka. Aku pastikan seorang yang badannya lebih kekar itu adalah komandannya. Hanya kepada orang itu teman-temannya berucap, "Siap Dan!" Aku tidak paham, entah atas alasan apa mereka mencari Sukat, seperti Sukat terlibat dalam perkara besar saja. Kukira, Sukat baik-baik saja. Dia kuliah dan tinggal di kosan dekat kampus. Biasanya dia pulang kalau sudah kehabisan ongkos. Di keluarga kami dia anak kebanggaan karena cuma dia yang dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bahkan ke kampung kami. Ibu dan bapak terbengong-bengong, terlebih saat aku digelandang masuk mobil dengan mata tertutup. Ibu sangat mengkhawatirkan keselamatanku. Kataku, aku akan segera kembali. Ibu menangis.