Lukisan Tanpa Bingkai
Jenis: Monograf
Author: Ugi Agustono J
ISBN: 978-602-350-001-7
Edisi: Cet.2
Publisher: Nuansa Cendekia,
Fisik: 372 hlm. ; 20 cm.
Subjek: Fiksi Indonesia
Bahasa: Indonesia
Penerbitan: Nuansa Cendekia, Bandung : 2019
CallNumber: 899.221 3 UGI l
Uraian Singkat: Judul Buku : Lukisan Tanpa Bingkai Penulis : Ugi Agustono J Penerbit : Nuansa Cendekia Cetakan : 1, Februari 2015 Tebal : 370 halaman Bagaimana rasanya sedih bercampur bahagia disaat yang sama? Kita bisa merasakan ending yang gundah di novel yang berjudul “Lukisan Tanpa Bingkai” karya Ugi Agustono J ini. Novel yang bergenre remaja dengan cover bernuansa lautan dan langit biru ini, mengingatkan kita pada Novel “5 Cm” atau Novel “Laskar Pelangi” yang mempunyai setting kuat. Yang satu setting di Gunung Semeru, lainnya di Belitong yang indah. Sedangkan Lukisan Tanpa Bingkai, mengajak kita menelusuri Pulau Komodo, Labuan Bajo, Desa Denge, Wae Rebo dan kawasan eksotik lainnya. Kita akan menyusuri perbukitan dan hutan-hutan demi mengintip komodo-komodo yang sedang menengok kanan kiri mengikuti suara angin.Kita akan mengenal lebih dekat tentang kadal purba ini. “Ini hanya soal mau dan tidak mau belajar tentang empati dan ketulusan. Kebanyakan empati hanya jadi kedok untuk mendapatkan simpati. Ketulusan cumam menjadi polesan dari kebusukan. Sering ketulusan harus dibayar dulu dengan materi, bahkan harga diri ….”. Quote di Novel ini, begitu dalam marasuk nurani. Terlalu muluk membicarakan tentang ketulusan? Tidak, novel ini membicarakan hal yang sederhana diantara kebingungan remaja mencari jati diri, persahabatan sejati dan cinta yang sulit digenggam. Karena remaja hanya butuh dimengerti, bukan dijauhi. Tokoh utama Lola seorang cewek tidak lulus SMA yang awalnya tidak sengaja bertualang dengan Neji, cowok keren yang cinta dengan laut, angin, dan gelombang, yang akhirnya membawa mereka pada kisah penuh makna diselingi dengan dialog-dialog kritis tentang pemerintahan negeri ini. Novel yang lumayan tebal ini (370 halaman), mengingatkan kita kembali bahwa pendidikan di kawasan Indonesia Timur dan Barat masih belum seimbang. Lagi-lagi karena masalah ekonomi. Masih banyak tempat-tempat wisata menawan di Kawasan Timur yang belum terjamah. Kisah perjalanan Lola dan Neji bertemu dengan anak-anak pedalaman ,membuat kita sadar betapa luas Indonesia dengan pantai-pantainya yang memukau. Hanya sedikit yang menjadi kelemahan Novel ini, ketika Lola yang jago bermain biola, tidak ada informasi sedikitpun apa saja lagu yang dimainkan Lola ketika di atas panggung (hal: 161). Ini menjadikan pembaca tidak bisa masuk dan merasakan alunan lembut dawai biola. Dan satu lagi yang membuat kurang nyaman , ada kesalahan letak halaman di bagian akhir novel. Yang pasti , dalam novel inspiratif ini, penulis yang sudah pernah berkeliling pedalaman Indonesia dan pernah mengajar anak-anak pedalaman yang tidak mampu, ingin berbagi kisah kepada pembaca tentang potret anak-anak Indonesia timur. Harapannya, menjadi satu wacana positif untuk kepedulian kita. Terutama remaja yang sedang mencari jati diri , persahabatan, kedewasaan dan cinta
| No Barcode | No Induk | Nomor Panggil | Akses | Status | Lokasi |
|---|---|---|---|---|---|
| Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten |
| Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
|---|