Ilmu Tasawuf : Menelisik Esoterisme Pandemi Covid-19 sebagai Proses Penyadaran Diri

Jenis: Monograf

Author: Deni Hermawan ; Muhammad Sopian Hidayatullah ; Rahmat Prayogi

ISBN: 978-623-457-061-8

Edisi: Cet 1

Publisher: Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia (YPSIM) Banten,

Fisik: xvii, 195 hlm : ilus ; 14,8 x 21 cm

Subjek: Ilmu Tasawuf - Penyadaran Diri

Bahasa: Indonesia

Penerbitan: Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia (YPSIM) Banten, Ciruas - Serang : 2022

CallNumber: 297.410126 DEN i ; CB.D.32 .03. 2022 -5985

Uraian Singkat: Tulisan dalam buku inicoba dikupas melalui tokoh filsafat Islam yang diwakili oleh tesis Syekh Siti Jenar dan Ibnu Arabi dari aspek tasawuf dan Raden Ngabehi Ronggowarsiti dari aspek kejawen dalam kitab Serat Hidayat Jati. Fokus kajian ini diarahkan pada pandemi covid-19 ditelisik dari aspek tasawuf, filsafat Islam, kejawen. Pandemi Covid-19 bukan saja persoalan kesehatan dan medis. Pandemi Covid-19 pun bisa dikupas dari sisi lain di luar non medis. Ketiga ilmu dengan mengacu pada pemikiran ketiga tokoh fenomenal dan eksentrik itu jika direnungkan memiliki nilai kebenaran meski sulit. Pengkajian pandemicovid-19 dikupas melalui diri manusia dengan menelaah jasadi dan ruhaninya, yang memiliki hubungan dengan gerak alam semesta bersifat transendental dan aksidental. Hal itu bisa ditelusuri dari tubuh manusia misalnya cuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. Namun secara esoteris (ruhani) memiliki nilai tauhid, akhlak kepada Tuhan dan alam semesta yang telah manusia lupakan. Manusia lupa terhadap jati dirinya dan lebih terbius oleh nafsu birahinya untuk tidak mau berdamai dengan alam sesuai qodrat. Alam telah menunjukan watak aslinya melalui pesan pandemi, yang telah ada sejak dahulu (baca: pageblug) sebagai pelajaran hidup pada manusia. Alam semesta sebagai ayat-ayat Allah yang qauniyah (tidak tertulis) selalu memberikan pesan secara tersirat. Pesan tersirat hanya bisa dijelajahi melalui kebenaran. Kebenaran basyirah hanya bisa ditempuh melalui kedalaman ruhani bukan yang lain. Siapapun yang mampu membuka mata ruhaninya maka dia akan menemukan kebenaran itu dalam wujud nyata. Itulah sikap tauhid dan akhlak kepada Allah harus berwujud dalam perilaku hidup manusia (iman).