Kakawin Gajah Mada

Jenis: Monograf

Author: Kurnia Efendi

ISBN: 978-979-685-962-7

Edisi: Cetakan Pertama

Publisher: Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional,

Fisik: x, 113 hlm. ; 14,5 x 21 cm.

Subjek: Kesusastraan Nusantara

Bahasa: Indonesia

Penerbitan: Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta : 2008

CallNumber: 813 KUR k

Uraian Singkat: Di sebuah rumah pemujaan desa Mada, di lereng Gunung Semeru, dari sanalah kisah bermula. Ketika bayi itu ditemukan dan dirawat oleh seorang kepala desa. Sejak masa kanak-kanak, Pipil Mada, demikian ia diberi nama, sudah menunjukkan banyak kelebihan. Ia dikenal baik hati, menyenangkan, memiliki jiwa pemimpin di antara teman-teman penggembala di desanya. Upayanya mengolah ladang Trik yang semula merupakan hutan berbatu menjadi persawahan sangat menarik perhatian Patih Majapahit di masa pemerintahan Raja Kala Gemet. Setelah diketahui bahwa Pipil Mada adalah orang yang melakukan gagasan mempersembahkan hasil bumi kepada Sri Baginda, ia diminta untuk tinggal di istana Majalangu (Majapahit) untuk membantu pekerjaan kepatihan. Di Istana itulah semakin tampak kecerdasannya, terutama ketika menyelesaikan masalah kasus pendeta palsu. Sang Patih berminat mengambilnya sebagai menantu dan bahkan menyerahkan jabatan kepatihan kepada Gajah Mada. Gajah Mada menikah dengan Ratna Dyah Ayu Bebed, putri Patih Arya Tadah, pada usia muda. Setelah memangku jabatan Mahapatih, kiprahnya semakin bersinar. Ia menaklukkan banyak kerajaan di Jawa dan Bali, mempersatukan di bawah kekuasaan Majapahit. Hukum berjalan baik, kemakmuran penduduk berkembang. Sampai kelahiran Hayam Wuruk. Dalam beberapa kisah perang, terlihat Gajah Mada sebagai perwira yang gagah, berani, berpengaruh dan cerdik dalam strategi. Misalnya saat menaklukkan Raja Bali yang bernama Bedhahulu dan patihnya Kebo Wawira. Beberapa peristiwa menunjukkan bahwa gagasannya sanggup mewakili suara raja.