Islam Jawa : Kesalehan Normatif versus Kebatinan
Jenis: Monograf
Author: Woodward, Mark R
ISBN: 979-8966-36-8
Edisi: Cet. 3
Publisher: LKiS Yogyakarta,
Fisik: xxii, 412 halaman ; 21 cm
Subjek: Sufisme
Bahasa: Indonesia
Penerbitan: LKiS Yogyakarta, Yogyakarta : 2006
CallNumber: 297.4 WOO i
Uraian Singkat: Sejarah Islam merupakan salah satu hasil perkembangan, perdebatan, dan interpretasi yang konstan. Kalangan muslim menyakini Muhammad sebagai utusan Allah dan menutup para nabi. Tradisi muslim bisa dengan sangat baik dipahami sebagai suatu perjuangan intelektual, spiritual, dan sosial untuk menentukan dan menerapkan makna pesannya. Jauh dari merupakan suatu sistem ajaran dan ritual yang kaku, Islam lebih ditandai oleh persoalan-persoalan tanpa henti mengenai bagaimana manusia seharusnya memperlakukan diri mereka agar sesuai dengan kehendak Allah. Muhammad adalah model seorang legalitas, mistikus, dan bahkan kultus wali rakyat. Perdebatan sektarian dan doktrinal berpusat pada persoalan bagaimana manusia bisa dan seharusnya mengikuti contoh kesalehannya. Di samping tradisi perdebatan dan keragaman ini, ada dua tradisi lain yang berupaya merestorasi versi ajaran dan praktik nabi yang “asli”. Pertama, di satu ekstrim bersifat umum (catholic) dan ujung lainnya fundamentalis. Tradisi yang bersifat umum, contohnya al-Ghazali, kerajaan Moghul Akbar, dan kultus kraton Yogyakarta, berusaha menyatukan berbagai tradisi muslim yang berbeda-beda dengan menerapkan saling ketergantungan ajaran, ritual, dan sosial mereka. Sedangkan fundamentalisme, di antara nya sekte Wahabi Arab dan para pembaru Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Jawa, berusaha menyingkirkan dari keluarga besar Islam semua orang yang gagal menyesuaikan diri dengan bentuk “ortodoksi” yang kaku dan tegas. Meskipun kedua pandangan ini dari segi waktu dan tempat telah menggapai pengaruhnya pada pokok-pokok yang spesifik, namun tradisi muslim secara keseluruhan terus beresistensi, baik terhadap gerakan pemurnian (purification) maupun penyatuan (unification) tersebut. Bagaimanapun, bisa dikemukakan bahwa vitalitas dan daya tarik Islam yang luas didasarkan pada keragaman ini dan kenyataan bahwa doktrin Islam bisa digunakan untuk membangkitkan atau melegitimasi sejumlah formasi social sebagai tidak sama dengan Islam Arab Badui, Islam Marxis Syria, Muslim Hitam di Amerika, dan teokrasi Sufi di Yogyakarta.