Rekonstruksi Metodologi Kritik Tafsir
Jenis: Monograf
Author: Muhammad Ulinnuha
ISBN: 978-602-19116-9-3
Edisi: Cetakan 1
Publisher: Azzamedia,
Fisik: xii, 320 halaman. : ilustrasi ; 23 cm.
Subjek: Tafsir-Kritik
Bahasa: Indonesia
Penerbitan: Azzamedia, Jakarta : 2015
CallNumber: D 297.1226 MUH r
Uraian Singkat: ABSTRAK Disertasi ini menunjukkan bahwa kritik evaluatif-rekonstruktif atas tafsir dapat merevitalisasi objektivitas pemahaman terhadap kitab suci (AlQur’an). Maka, rekonstruksi dan strukturisasi metodologi kritik tafsir sangat urgen dilakukan, agar produk-produk penafsiran dapat dianalisis secara akademis, sistematis dan ‘objektif’. Disertasi ini pun menawarkan kaidah al naqd li al - taqyi>m wa i‘a>dat al - bina>’ la> li al - tah}ki>k wa al - ifna>’ (kritik evaluatifrekonstruktif, bukan dekonstruktif-destruktif). Disertasi ini sependapat dengan teori kritik inh}ira>f al-Dhahabi> (19151977 M). Bedanya, jika dalam penelitian ini mengupas secara luas tentang desain dan prinsip-prinsip metodologi kritik ‘Abd al-Wahha>b Fa>yed (1936-1999 M) dan proses rekonstruksinya, maka dalam buku al-Dhahabi> secara spesifik mengkritisi berbagai penyelewangan ( inh}ira>fat> ) penafsiran yang dilakukan beberapa sekte dan aliran Islam. Disertasi ini juga sama dengan teori hermeneutika objektifnya Schleiermacher (1768–1834 M) yang menekankan pencarian makna asal teks. Sehingga perlu disusun metodologi kritik agar makna tersebut tetap terjaga orisinalitasnya. Penelitian ini juga mendukung teori kritik sastra Ami>n al-Khu>li> (1895-1966 M). Hanya saja al-Khu>li> lebih spesifik mengkaji tentang kritisisme penafsiran dengan pendekatan sastra. Sementara disertasi ini berupaya merekonstruksi, merestrukturisasi dan melengkapi penelitian yang digagas Fa>yed dengan menambah variabel metodologi kritik yaitu kritisisme terhadap penafsir ( al - mufassir ), metodologi dan produk ( content ) penafsiran. Tawaran metodologis ini peneliti sebut dengan teori kritik tafsir evaluatif-rekonstruktif. Penelitian ini berbeda dengan teori hermeneutika Gadamer (1900–2002 M) yang memperlakukan teks sebagai barang mati, sehingga harus dibaca dan dipahami dengan memproduksi makna baru yang sejalan dengan keinginan pembaca. Disertasi ini juga berseberangan dengan Nas}r H{a>mid Abu> Zayd (1943-2010) yang berasumsi bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya ( muntaj al - thaqa>fah ), sehingga ia harus ditafsiri sesuai ruang dan waktu di mana sang mufasir itu hidup. Adapun sumber primer penelitian ini adalah buku al - Dakhi>l fi> Tafsi>r al Qur’a>n al - Kari>m Karya ‘Abd al-Wahha>b ‘Abd al-Wahha>b Fa > yed (1936-1999 M). Sedangkan pambacaan terhadap sumber dilakukan dengan metode content analy s i s yang diadaptasi dari Klaus Krippendorff (l. 1932 M). Agar mendapatkan sebuah gambaran serta hasil yang ilmiah dan komprehensif mengenai bangunan metodologi kritik tafsir rekonstruktif, maka penelitian ini memakai pendekatan sejarah ( h i s t o r i c a l a p p r o a c h e s ), fenomonologis, psikologis, kritik sastra, kritik hadis dan hermeneutika objektif.
No Barcode | No Induk | Nomor Panggil | Akses | Status | Lokasi |
---|---|---|---|---|---|
Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Tidak Diketahui | Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
---|