Cipto Mangunkusumo : Sang Pendobrak

Author Buku: Wahid Junaidi; Nasrudin; R Suryagung; Widi Supriadi; Efendy Siahaan; dkk.

ISBN: 978-602-19527-5-7

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 28 Juli 2024

Resensi Buku:

Penulisan Biografi Pahlawan Nasional Cipto Mangunkusumo ini dimaksudkan sebagai upaya mempublikasikan riwayat hidup dan perjuangan Pahlawan Nasional, sosok atau figur yang telah melahirkan dan mewariskan nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan, dihayati dan diteladani dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter yang membela kepentingan rakyat banyak, serta pelopor pemikiran nasionalisme Indonesia yang menyatakan bahwa Tanah Hindia untuk semua orang Hindia tanpa membedakan suku, ras, agama dan golongan.

Cipto Mangunkusumo merupakan sosok tokoh pergerakan nasional Indonesia yang sering menentang terhadap praktik-praktik feodalistis, baik di kalangan bangsawan Jawa maupun di kalangan pejabat Pemerintahan Dalam Negeri Hindia Belanda yang dituduhnya sebagai penyebab segala penderitaan rakyat Indonesia. Cipto menentang terhadap semua ketidakadilan, tetapi dia bersahabat dengan kebenaran dan keadilan. Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada tanggal 4 Maret 1886 di Desa Pecagakan Jepara Jawa Tengah. Ia merupakan putera tertua dari Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa. Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan priyayi birokratis yang tinggi, namun Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah anak-anak priyayi tinggi. Cipto beserta adik-adiknya yaitu Gunawan, Budiardjo, Darmawan dan Syamsul Ma’arif bersekolah di STOVIA. Pada maret 1899 Cipto diterima sebagai siswa STOVIA (sekolah dokter Jawa) dan berhasil lulus pada tahun 1905 sebagai Inlands Arts/ dokter pribumi pada usia 19 tahun. Kesenangannya dalam menulis nampak jelas sejak tahun 1907 ketika ia menulis di harian De Locomotif. Dalam tulisan-tulisannya, Cipto mengkritik tentang keadaan masyarakat yang tidak sehat. Kritikannya diantaranya menyatakan bahwa baik hubungan feodal maupun kolonial dianggap sebagai sumber penderitaan rakyat. Dalam masyarakat feodal berlaku ketentuan bahwa keturunanlah yang menentukan nasib seseorang dan bukan keahlian atau kesanggupannya, sehingga keadaan inilah yang sangat ditentang dan dikritik oleh Cipto. Selain senang menulis, Cipto juga ikut aktif dalam organisasi kepemudaan seperti, Budi Utomo(20 Mei 1908), Indische Partij (25 Desember 1912), Insulinde (1914). Perjuangan melalui dewan perwakilan (Volksraad) mulai muncul pada 1917 dan baru pada 18 Mei 1918 dilangsungkan pembukaan sidang pertama dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum. Atas jasa dan pengorbanannya terhadap bangsa dan negara, Pemerintah RI kemudian menganugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 109 tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit pusat nasional di Jakarta Pusat yaitu RS Cipto Mangunkusumo. (N Ratih Suharti)

Kata Kunci : Biografi Cipto Mangunkusumo, Pahlawan Nasional