Menelusuri Sejarah dan Bangunan Ex Rumah Multatuli
Author Buku: Fahrul Fauzi, Muhammad Sahiddin, Rojiulloh, Solahuddin, Amellya Ayu Permana, dkk
ISBN: 978-623-430-075-8
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 07 September 2024
Resensi Buku:
Residentie Asisten Residen van Lebak merupakan sebuah bangunan yang pada abad ke-19 difungsikan sebagai rumah tinggal asisten residen Multatuli. Eduard Douwes Dekker lahir pada 2 Maret 1820 di Amsterdam, Belanda. Pada 10 September 1855 Douwes Dekker diangkat menjadi asisten residen Lebak, Banten. Meski hanya menjadi asisten residen di Lebak selama 3 bulan (21 Januari – 4 April 1856). Selama menjabat sebagai asisten residen di Lebak, Douwes Dekker berusaha mengirim surat kepada atasan dan mengungkapkan bahwa ia menentang sikap pemerintah kolonial Belanda yang tidak menanggapi praktik eksploitasi di tanah jajahan. Sayangnya, usulan itu ditolak oleh atasan bahkan ia malah diberi peringatan keras. Kesal dengan sikap bangsanya sendiri, Douwes Dekker memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan asisten residen dan kembali ke Eropa. Bertekad untuk mengungkap kekejaman yang ia saksikan di Lebak, Douwes Dekker mulai menulis artikel di perusahaan surat kabar di Brusel Belgia. Namun, artikel yang ia tulis belum berhasil mendapatkan perhatian dari para pembaca. Barulah pada 1860, tulisannya yang terbit dalam bentuk novel satir antikolonialis berjudul Max Havelaar, menjadi terkenal. Melalui Max Havelaar, Douwes Dekker membongkar praktik eksploitasi penguasa kolonial atas rakyat Indonesia dan menyerukan keadilan.
Bangunan Bekas Rumah Multatuli berada di area parkir RSUD Ajidarmo, yang secara administrasi beralamat di Jalan HM Iko Djatmiko, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung Barat Kabupaten Lebak. Bangunan ini merupakan sebuah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak, namun saat ini dikelola oleh RSUD Ajidarmo. Menurut informasi, area bekas rumah Multatuli dan sekitarnya sudah digunakan untuk rumah sakit sejak tahun 1952. Area yang saat ini digunakan rumah sakit dahulu merupakan mess tentara. Pada tahun 1980-an, bekas rumah Multatuli digunakan untuk kantor koperasi.
Seperti selayaknya sebuah rumah pada umumnya, rumah Multatuli ini dahulu difungsikan sebagai tempat tinggal serta tempat istirahat, artinya rumah itu memiliki kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu, kamar mandi, ruang kerja dan lain sebagainya. Setelah itu menurut Ubaidillah (Kepala Museum Multatuli), rumah Multatuli difungsikan sebagai gudang rumah sakit atau tempat menyimpan bekas barang medis. Saat ini, bangunan eks rumah Multatuli tersebut sudah tidak berfungsi apa-apa lagi, karena kondisi bangunan itu sendiriyang sangat kurang terawat, hanya saja halaman depan bangunan itu dimanfaatkan menjadi lapangan parkir bagi para pengunjung rumah sakit Ajidarmo. (N Ratih Suharti)
Kata Kunci : Rumas Dinas Multatuli, Asisten Residen Lebak, Sejarah