Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul Buku
  • Author Buku
  • Author Resensi
  • ISBN/ISSN

Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara

Author Buku: peneliti, Adrianus Chatib; Subhan; Ali Muzakir; Risnal Mawardi; Junaidi T Noor

ISBN: 978-602-8766-30-2

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 31 Oktober 2024

Resensi Buku:

Kesultanan Jambi terbentuk mulai pertengahan abad ke-15, tetapi bentuk dan strukturnya masih sangat sederhana. Baru memasuki akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, Kesultanan Jambi berkembang seiring dengan proses Islamisasi yang berkolaborasi dengan meningkatnya perekonomian Jambi di pusat-pusat perdagangan di pantai timur Sumatera dan Selat Malaka. Aktivitas perdagangan Jambi dapat disamakan dengan pelabuhan-pelabuhan besar di Aceh, Palembang, Johor dan Jepara.

Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Jambi membuat Islam semakin berkembang ke pedalaman dan tumbuhnya pusat-pusat pertokoan kecil. Perkembangan ini mendorong minat ekspansi Belanda ke Jambi, yang diwarnai dengan perlawanan dari Kesultanan Jambi. Simbol perlawanan rakyat Jambi dalam perlawanan terhadap kolonial adalah pribadi Sultan Thaha. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk membujuk Sultan Thaha, agar Jambi dapat dikuasai secara penuh dan damai: dengan menempatkan kerabat-kerabatnya sebagai sultan (1882, 1886); mengijinkan sultan tinggal di luar ibu kota Jambi; menyelenggarakan upacara meriah untuk penobatan dan pengenalan sultan baru (1882, 1886); menunda penerapan kontrak standar (1882); membujuk Sultan Thaha dengan berbagai kompensasi, asalkan ia mau pulang ke ibukota dan bahkan mengisyaratkan untuk mengangkatnya kembali sebagai sultan (1886).

Pemerintahan pusat yang lemah merupakan kondisi yang banyak melanda kesultanan-kesultanan di Nusantara. Struktur Kesultanan Jambi agak lemah, dengan otonomi dusun-dusunnya, heterogen masyarakat, dan para pemangku pegangan independennya. Sultan Thaha masih bisa memanfaatkan penghubung/mediator, yakni Sultan Bayang, Pangeran Ratu dan Pangeran Wiro Kesumo. Peran Pangeran Wiro Kesumo adalah yang dominan. Wiro Kesumo memang seorang yang genius dan cerdik, dengan menempel pada pihak yang kuat. Pada 1858-1881, ketika Sultan Nazaruddin memegang kekuasaan formal, dia berhasil menjadikan dirinya sangat penting dengan menjadi wakil sultan di Ibukota. Dia mempunyai pegangan terluas dan menikahi salah satu putri Sultan Nazaruddin.

Perlawanan Sultan Thaha di Jambi waktunya hampir bersamaan dengan Perang Aceh. Sebagaimana Perang Aceh, motif Islam adalah sangat penting. Dalam pertempuran di tahun 1870-an, 1885 dan 1895, pasukan Sultan Thaha banyak berpakaian putih. Lubuk Resam di Muara Tembesi dan Tebo yang paling banyak memiliki jumlah haji, salah satu basis kuat perlawanan di tahun 1878 dan 1901. Pengunduran diri merupakan pilihan yang paling tepat, sambil mengumpulkan kekuatan dan menyusun strategi baru.... (N Ratih Suharti)

Kata Kunci : Sejarah Kesultanan Jambi