Meneroka Perjuangan Syekh Yusuf
Author Buku: Acmad Thorik; Nursanda Rizki Adhari; Ukon Furkon Sukanda; Dadang Saepuloh; Imam Sudarmaji
ISBN: 978-623-97180-8-4
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 26 November 2024
Resensi Buku:
Buku ini merupakan kumpulan tulisan (esai) tentang Syekh Yusuf Al Makassari dari berbagai perspektif. Sangat tepat untuk dibaca dan dipelajari oleh semua kalangan. Saat ini masyarakat modern telah mampu menghasilkan sains dan teknologi, kehidupan hedonis dan segala sesuatu selalu diukur dengan materi, berpikir pragmatis sebagai akibat perkembangan peradaban dunia. Oleh karena itu, tuntunan akhlak mulia yang telah diajarkan oleh Syekh Yusuf Al Makassari patut kita kaji dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Syekh Yusuf Al-Makassari adalah seorang Ulama Sufi dan Negarawan ulung yang dihormati dan dikagumi tidak hanya di Gowa tetapi di seluruh negeri, bahkan sampai di Afrika dan Sri Lanka (Ceylon). Ia juga sering disebut sebagai Syekh-Yusuf Abu Mahasin Hidayatullah Taj Al-Khalawati Al-Makassari atau Tuanta Salamaka ri Gowa, yang artinya “Guru Kami Yang Agung dari Gowa”. Syekh Yusuf dikenang sebagai sosok pejuang. Hal ini tidak lepas dari kepribadian beliau dalam memecah belah, mengembangkan agama Islam dan melawan penjajah Belanda. Syekh Yusuf adalah sosok khalwatiyah tasawuf (tarekat) yang memiliki kekayaan ilmu dan dikenal sebagai pahlawan berbekal tabib. Syekh Yusuf Al-Makassari juga telah mencontohkan hijrah dari Makassar ke Banten dan memulai debut sebagai guru agama, lalu diangkat di Kesultanan Banten. Beliau mulai mencintai Banten sebagai tempat tinggalnya, memukul mundur Belanda, bekerjasama dengan negara atau kerajaan luar Banten.
Syekh Yusuf telah berjuang tidak saja menyebarkan Agama Islam, namun juga melawan penjajah di Nusantara sejak usia muda. Menurutnya, penjajahan yang dilakukan oleh VOC ini telah merugikan masyarakat baik dari aspek ideologi, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, disela-sela kegiatannya dalam mendidik anak-anak dan orang tua, Syekh Yusuf menyusun kekuatan dan mempengaruhi masyarakat untuk melawan penindasan dan ketidakadilan penjajah. Perlawanan Syekh Yusuf muda ini tidak mengenal rasa takut kecuali kepada Allah SWT dengan penuh patriotisme dan rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga, pada tanggal 12 September 1684 Syekh Yusuf dibuang ke Sri Lanka, disana Syekh Yusuf terus berjuang dalam mengembangkan agama Islam, dan Syekh Yusuf juga sempat mengawini putri Ceylon Sitti Hafifah. Karena Belanda merasa Syekh Yusuf masih kuat pengaruh kesufi-annya dan akan memberontak sewaktu-waktu, maka beliau dipindahkan tempat pengasingannya di 63 Tanjung Harapan (Afrika Selatan) yang diikuti oleh 49 pengikut dan muridnya serta anggota keluarga, yang kemudian tempat itu diberi nama bukit Makassar. Dan Syekh Yusuf wafat di Tanjung Harapan pada tanggal 23 Mei 1699 dalam usia 74 tahun dan kemudian Syekh Yusuf diberikan penghargaan sebagai pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. (N Ratih Suharti)
Kata Kunci: Biografi Syekh Yusuf Al-Makassari