Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan
Author Buku: Mark R Woodward; Penerjemah, Hairus Salim
ISBN: 978-979-8966-36-8
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 30 Januari 2025
Resensi Buku:
Sejarah mencatat bahwa Islam berkembang di pulau Jawa itu pertama-tama atas jasa para penyebar Islam dari kalangan syi'ah kebatinan, bukan yang bergerak di bidang politik. Perlu dicatat bahwa kebatinan Islam tidak berarti eskapisme (lari dari kenyataan kehidupan). Gelombang kedatangan Islam berikutnya terjadi atas jasa ahlus sunnah wal-jama'ah yang sekaligus dikenal sebagai pedagang. Yang terakhir pulau Jawa kedatangan kolonialis penjajah dari Barat, yang jejaknya sampai kini masih terasa. Selama kurang lebih 350 tahun orang Jawa berada dalam pengaruh penjajahan, sementara simpul-simpul utama berbagai ajaran lama dan Islam berbaur dengan ajaran Barat. Penjajahan Barat atas Timur merupakan suatu kenyataan yang harus dicermati. Setelah dunia Barat untuk beberapa masa berpikir dedukatif sesuai dengan ajaran aristotelian dalam karya besarnya yakni Organon dan mengajarkan prinsip-prinsip berpikir universal, mengenai identitas diri, bahwa "mangga" itu "mangga", maka sarjana-sarjana Islam berkomentar bahwa yang seperti itu adalah tugas malaikat; tugas manusia justru bukan hanya "berdzikir" mangga-mangga, melainkan menanam biji mangga, agar pohon mangga berbuah mangga.
Islam Jawa unik, bukan karena ia mempertahankan aspek-aspek budaya dan agama pra-Islam nya, melainkan karena konsep-konsep Sufi mengenai kewalian, jalan mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kultus keraton (imprerial cult). Pada gilirannya, agama negara itu merupakan suatu model konsepsi Jawa tradisional mengenai aturan sosial, ritual, dan bahkan aspek-aspek kehidupan sosial seperti bentuk-bentuk kepribadian, hati dan penyakit. Pemikiran dan tindakan keagamaan Jawa merefleksikan keragaman tradisi muslim sebagai suatu keseluruhan. Dalam beberapa hal ada kemungkinan untuk menetukan hubngan-hubungan yang jelas antara sistem ajaran Jawa dan Timur Tengah. Paralel yang mencolok antara wali Sufi Persia al-Hallaj dan wali Siti Jennar jelas merupakan suatu contoh. Tetapi pada kasus-kasus lain seperti arsitektur Keraton Yogyakarta, bagaimanapun tidak ada preseden sejarah langsung. Dalam kasus-kasus demikian akan tampak prinsip-prinsip Sufi paling umum diterapkan untuk menciptakan kultus Muslim Jawa yang fanatik. Islam Jawa bukan semata reflika dari Islam Timur Tengah atau Asia Selatan. Lebih dari itu, ia bahkan merupakan tradisi intelektual dan spiritual dari dunia muslim yang paling dinamis dan kreatif. Meskipun Jawa terletak di pinggir timur dunia Islam, formulasi Jawa mengenai Sufisme dan hubungannya dengan kesalehan Islam normatif memberikan sumbangan yang utama_meskipun sebagian besar tidak diakui_terhadap pemikiran Islam. (N Ratih SuhartI)
Kata Kunci : Islam Jawa – Kesalehan – Kebatinan