Banjir Besar Zaman Nabi Nuh : Riwayat dalam Al - Quran dan Cerita - cerita Kuno / Manshur Abdul Hakim, Penerjemah : Misbahul Munir
Author Buku: Manshur Abdul Hakim
ISBN: 978-623-220-143-9
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 27 Februari 2025
Resensi Buku:
Kisah air bah besar pertama pada zaman kuno terkenal di sejumlah bangsa di dunia. Tidak hanya disebutkan dalam legenda bangsa Timur Tengah (Mesopotamia), tetapi juga dalam bangsa Yunani dan India. Banjir itu konom menjadi awal dari peradaban baru umat manusia. Saking besarnya, banjir itu dikatakan terjadi secara menyeluruh di segala penjuru bumi. Demikian yang disebutkan dalam alkitab (Perjanjian Lama).
Al-Quran juga menyebutkan kisah tersebut, tepatnya pada zaman Nabi Nuh. Dikisahkan bahwa banjir itu merupakan hukuman Tuhan kepada kaum Nuh yang menolak dakwah tauhid atau monoteisme. Mereka tetap dalam keyakinan pagan, yakni menyembah lima patung yang sejatinya adalah wujud lima orang saleh pada masa lalu yang amat dihormati. Allah pun menyuruh Nuh untuk membuat bahtera yang kelak akan menjadi tumpangan orang-orang beriman saat air bah itu terjadi.
Buku ini menyingkap kisah air bah tersebut menurut al-Quran dan cerita-cerita kuno, termasuk di dalamnya cerita-cerita versi Alkitab. Selain menceritakan Nabi Nuh dan kaumnya, buku ini akan menjawab pertanyaan benarkah banjir itu terjadi secara menyeluruh di muka bumi? Lalu, benarkah segala jenis hewan secara berpasang-pasangan masuk dalam bahtera? Apakah air bah yang sama akan terjadi lagi nanti menjelang kiamat? Buku ini juga menjawab lokasi bahtera Nuh berlabuh setelah bencana banjir itu usai, serta keturunan Nuh yang menjadi cikal bakal nenek moyang bangsa-bangsa di dunia.
Salah satu kehebatan kisah dalam al-Quran adalah ia hadir dengan referensi ilmiah yang akurat dan tersembunyi, dan diantara mahakarya dari referensi ilmiah ini adalah apa yang muncul dalam kisah banjir Nuh. Sejak zaman kuno, manusia telah mencoba untuk mengetahui rahasia hujan dan dari mana asal awan. Pada era modern, para ilmuwan telah menemukan bahwa awan ini tidak lain adalah atom-atom uap air yang menguap dari laut, samudra dan sungai. Ia naik ke ketinggian yang luar biasa di atmosfer, dimana suhu turun di bawah nol, lalu mengembun dan terbentuk awan kemudian hujan mulai turun. Jadi, air itu naik dari tanah dan kembali ke tanah.
Fakta ini tidak diketahui siapa pun pada saat al-Quran diwahyukan, tetapi orang yang mengikuti al-Quran melihat beberapa tanda yang menakjubkan dari hal ini. Dalam kisah Nuh dan setelah dia bersabar dengan kekafiran kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, Allah mewahyukan kepadanya untuk membuat sebuah bahtera, agar dia membawa setiap orang beriman di dalamnya bersama binatang, burung dan tumbuhan. Setelah Allah membuka pintu-pintu langit untuk menurunkan air yang melimpah dan bumi menyemburkan mata air, terjadilah banjir yang menenggelamkan semua orang yang tidak beriman kepada Allah. Sementara Allah menyelamatkan hamba-Nya, Nuh bersama orang-orang beriman. Kemudian Allah berfirman, “Difirmankan (oleh Allah), ‘Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah (mencurahkan hujan).’ Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas gunung Judiy, dan dikatakan,’ kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.’” (QS Hud [11]: 44) {N Ratih Suharti}
(Kata Kunci: Kisah Banjir Besar – Zaman Nabi Nuh