Charlie : Si Jenius Dungu

Author Buku: Daniel Keyes

ISBN: 978-979-3330-20-4

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 06 Desember 2022

Resensi Buku:

Charlie Gordon, laki-laki yang berusia 32 tahun dengan IQ 68 bekerja di toko kue. Karena adik dan ibunya yang tidak bisa menerima keadaan Charlie, ia ditinggal sejak kecil bersama Herman, pamannya. Sebelum pamannya meninggal ia membawa Charlie ke toko kue Donner agar dipekerjakan jadi tukang bersih-bersih. Charlie sangat suka belajar, dan memiliki obsesi ingin pintar seperti manusia normal lainnya. Setiap tiga kali sepekan ia ke pusat akademi Bekmin belajar, khusus untuk orang-orang yang terbelakang mental.

Setiap hari Charlie menulis diari sesuai dengan kemampuan bicaranya, kemudian diarinya diberikan pada pihak laboratorium yang sedang meneliti cara meningkatkan kecerdasan. Dan Charlie sangat ingin menjadi bagian dari mereka, agar bisa menjadi pintar.

 

Setelah mempertimbangkan dan informasi yang dibawa Alice yang mengajar di sekolah terbelakang dewasa mengetahui Charlie memiliki gairah belajar yang berlebihan, akhirnya keraguan dokter untuk menerima Charlie bisa disingkirkan. Mereka menerima Charlie, manusia pertama sebagai bahan percobaan penelitian. Dengan syarat harus menjelaskan pada Charlie ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Diantara kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, bisa jadi keadaannya semakin memburuk dan terpaksa di tempatkan di panti Warren.

Perkembangan kecerdasannya mulai nampak tepat tanggal 29 Maret. Ia sudah bisa mengalahkan Algernon, dan lebih mengejutkan kejadian di toko kue. Hari itu Charlie dikerjai rekan kerjanya. Ia harus membuat adonan dengan menggunakan mixer. Semua yang melihat sangat terkejut karena ternyata Charlie mampu melakukannya dengan benar. Padahal hanya setiap hari memperhatikan kepala pembuat kue membuat adonan.

 

Semakin meningkat kecerdasan otaknya, Charlie mulai mengingat kejadian-kejadian masa lalu, salah satunya adalah keluarga. Terutama ibunya, yang selalu memperlakukannya dengan kasar karena tidak bisa menerima keadaannya. Perkembangan lainnya, ia sudah bisa menggunakan tanda baca saat menulis. Disisi lain, akhirnya ia menyadari saat orang-orang sekitar tertawa dan mempermainkannya. Itu karena tindakannya yang bodoh tidak mampu mengerjakan hal-hal yang mampu orang normal lakukan.

 Ada banyak hal ingin didiskusikan Charlie terkait pengetahuan. Dokter Nemur memahami keadaannya, ia mengajak Charlie bertemu dengan seorang professor untuk menemaninya berdiskusi. Tidak sesuai keinginan, mereka selalu menghindar setiap Charlie menanyakan sebuah pertanyaan. Mereka selalu menemukan alasan untuk pergi menghindar, takut menampakkan keterbatasan pengetahuan mereka.

Semakin lama Charlie lelah dengan serangkaian tes dari lab. Ia kabur dan membawa Algernon. Selama hidup bersama dengan Algernon Charlie selalu memperhatikan bagaimana pola tingkahnya dalam labirin yang ia buatkan. Saat itu Algernon menunjukkan prilaku yang tidak biasa. Prilakunya tidak menentu dan menolak bekerja sama. Dengan pengamatan dan analisa sendiri yang dilakukan Charlie berhasil menghasilkan laporan dan kesimpulan. Hingga akhirnya ia mendapat kesempatan bergabung menjadi bagian dari proyek penelitian dirinya sendiri.

Algernon mengalami penurunan kecerdasan, dan Charlie yakin hal inipun akan dialaminya. Dan dokter memberitahukan jika proyek ini gagal, ia tidak dapat kembali ke toko kue ataupun tempat asalnya karena akibat operasi dan suntikan hormon-hormon telah menimbulkan efek yang tidak langsung terjadi. Dari pengalaman biasanya, akan meninggalkan bekas, kemungkinan adanya gangguan emosional yang menambah keterbelakangan, yang mengakibatkan tidak dapat menjadi dirinya yang dulu.

Algernon, tikus uji coba proyek tidak ingin berlari lagi, bahkan untuk sekadar makanpun harus dipaksa. Dengan keyakinan pasti akan berakhir seperti Algernon. Ia bertekad akan terus menganalisa dan menulis laporan seobjektif mungkin

Masalahnya, pak professor yang baik, kau ingin membuat seseorang menjadi cerdas tapi harus bisa kau kurung di kandang dipamerkan ketika dibutuhkan untuk mendapatkan kehormatan yang kau cari. Kendalanya adalah aku seorang manusia.

 

Kecerdasan tidaklah berarti apa-apa. Disini di universitasmu, pendidikan, dan pengetahuan, semuanya telah menjadi pujaan besar. Tetapi, aku tahu sekarang ada satu hal yang telah kalian lupakan: kecerdasan dan pendidikan yang tidak diperlembut dengan kasih manusia tidak akan berharga sama sekali.

Kelebihan

Dalam novel ini benar-benar membawa kita merasakan bagaimana proses Charlie yang terbelakang sampai ke tahap menjadi cerdas. Selain dari pendeskripsian prilaku dan suasana sekitar yang kuat, laporan kemajuan yang ditulis Charlie dibuat senyata mungkin. Seperti ada banyak kata yang salah tulis, bukan karena kesalahan editor, namun itu salah satu bentuk dari rangkaian cerita.

 

Sejujurnya cerita ini agak ganjal. Dari pengalaman, saya punya dua saudara terbelakang, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki lebih ceria, selalu tertawa, dan perempuan lebih sensitive, di ejek sedikit pasti marah. Secara fisik, keduanya memiliki body yang lebih besar dari anak normal lainnya. Bagian mengganjal dari cerita, sejauh saya amati, anak-anak terbelakang tidak menyadari bahwa mereka terbelakang. Tapi entahlah, mungkin ada beberapa macam tipe terbelakang mental. Apa yang ditulis oleh penulis itu benar. Keduanya sering ditertawai dan diolok-olok karena keterbelakangan mereka. Dan mereka yang terbelakang menganggap perlakuan yang didapatkannya itu normal, sama dengan yang lainnya, karena mereka tidak menyadari sedang dipermainkan. Intinya, orang-orang yang terbelakang jarang mendapatkan hak diperlakukan manusiawi. Eh, sepertinya itu bukan hak, melainkan kewajiban untuk orang-orang yang yakin dirinya manusia. Pesan moril ini yang paling kentara saya tangkap apa yang disampaikan penulis.