Di Balik Bendera Persatuan: Kalangan Nasionalis Indonesia dan Gerakan Antikolonial Dunia 1917–1933
Author Buku: Klaas Stutje: Penerjemah, Joss Wibisono
ISBN: 978-602-0788-63-0
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 22 Mei 2025
Resensi Buku:
Buku ini membahas keterlibatan para nasionalis Indonesia di kancah gerakan antikolonial internasional pada era 1917–1933, terutama mereka yang tergabung dalam Perhimpoenan Indonesia (PI) di Belanda. Klaas Stutje, seorang sejarawan Belanda, mengungkap bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya berlangsung di tanah air, tetapi juga dipengaruhi oleh hubungan lintas negara dan solidaritas internasional. Tokoh-tokoh seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Ali Sastroamidjojo menjalin jaringan dengan berbagai gerakan antikolonial dunia seperti Liga Melawan Imperialisme, aktivis dari India, Tiongkok, Aljazair, bahkan Irlandia.
Penulis menempatkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam kerangka transnasional, yakni dengan memetakan bagaimana ide dan praktik perlawanan terhadap kolonialisme berkelindan dalam dinamika internasional. Buku ini menampilkan dokumentasi yang kaya, mulai dari arsip Belanda, Inggris, Prancis, hingga korespondensi pribadi tokoh-tokoh nasionalis. Yang menarik, buku ini menyoroti bahwa Perhimpoenan Indonesia di Eropa bukan hanya organisasi mahasiswa, melainkan salah satu simpul utama perjuangan antikolonial Indonesia yang berorientasi internasional. Dalam kondisi bebas dari represi langsung kolonial, mereka lebih leluasa untuk memikirkan strategi, mengkritik kolonialisme, dan membangun jejaring global. Penulis juga menunjukkan bahwa nasionalisme Indonesia sejak awal bukan bersifat eksklusif atau chauvinistik, tetapi justru mengandung semangat internasionalisme dan solidaritas antikolonial.
Kekuatan Buku
- Pendekatan transnasional: Buku ini memperkaya historiografi Indonesia yang seringkali fokus pada narasi lokal atau nasional semata.
- Penelitian arsip yang dalam: Penggunaan sumber primer dari berbagai negara membuat argumen penulis kuat dan terdokumentasi dengan baik.
- Pencerahan terhadap dimensi intelektual perjuangan kemerdekaan: Buku ini menunjukkan bahwa nasionalisme Indonesia bukan sekadar perlawanan bersenjata atau spontanitas massa, tetapi juga hasil dari refleksi intelektual dan interaksi global.
Kelemahan Buku
- Gaya penulisan akademis: Buku ini cenderung padat dan memerlukan pemahaman konteks sejarah global, sehingga mungkin tidak mudah diakses oleh pembaca awam.
- Fokus terbatas pada kalangan elite: Buku ini menyoroti elite nasionalis terpelajar di Eropa, sementara dinamika lokal di tanah air pada periode yang sama hanya disinggung sekilas.