Di Bawah Matahari Terminal

Author Buku: Jamaluddin

ISBN: 978-979-507-293-5

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 06 Desember 2022

Resensi Buku:

Namanya Syamsudin, biasa dipanggil Sudin merupakan anak kelas 4 SD tinggal di daerah Kelayan Kota Banjarmasin. Ibunya bernama ibu Siah, bekerja sebagai penjual pisang goreng keliling semenjak ditinggal pergi oleh suaminya (Ayah Sudin/ John Kelayan). Sudin ditinggal pergi ayahnya semenjak masih dalam kandungan ibunya sehingga Sudin belum pernah mengenalnya. Satu-satunya kenangan yang ditinggalkan ayahnya hanyalah sebuah lukisan potret diri hasil karya Jhon Kelayan sendiri (Ayah Sudin).

Sejak saat kematian ibundanya (Bu Siah), Sudin (Syamsudin) terpaksa hidup menumpang pada keluarga Pak Dulah, tetangga sebelah rumah ibunya. Saat ibu Siah meninggal, usia Sudin baru sekitar 10 tahun dan baru duduk di kelas 4 SD. Sepeninggal ibunya, Sudin hidup sebatangkara karena sejak masih dalam kandungan ibunya, Sudin sudah ditinggal pergi oleh ayahnya yang tidak tahan hidup berumah tangga hingga ditentang oleh kedua kakek nenek Sudin. Ayah Sudin dianggap sebagai orang tua yang bermasa depan suram hanya karena pekerjaannya sebagai seorang seniman (pelukis).

Pak Dullah bekerja sebagai tukang sol sepatu di terminal Antasari, makanya selama menumpang hidup di keluarga pak Dullah, Untuk membantu meringankan bebannya, Sudin belajar dengan rajin dan membantu pekerjaan apa saja yang dilakukan keluarga Pak Dullah. Sudin menjadi penyemir sepatu dari sepatu-sepatu yang sudah diperbaiki oleh pak Dullah di sebuah terminal (Terminal Antasari) di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Setelah sempat tidak mau sekolah selama sebulan, akhirnya Sudin bisa sekolah lagi setelah dirayu dan dibujuk oleh Bu Arni guru kelasnya Sudin dan Pak Rahmat Kepala Sekolah SD nya. Selain bisa bersekolah lagi Sudin juga bisa berjualan koran sepulang sekolah di terminal yang biasa dia mangkal sebelumnya hingga Sudin juga bisa menabung untuk keperluannya sehari-hari hingga tidak merepotkan pak Dullah sekeluarga lagi.

Suatu saat, Sudin ditolong oleh Bang Leo, seorang seniman lukis, ketika Sudin dirampok dan dipukuli oleh berandalan sehabis berjualan koran. Melihat bakat Sudin di bidang lukis, Bang Leo membimbingnya dengan penuh kesabaran. Ketekunan dan Bakat Sudin membuahkan hasil dengan keberhasilannya menjuarai lomba lukis tingkat nasional. Pertemuannya dengan Bang Leo seorang seniman lukis asal Banjarmasin membuat tekad yang kuat dari Sudin untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pelukis yang handal. Berkat bimbingan Bang Leo yang pernah menolongnya, Sudin berhasil menjadi juara lukis tingkat nasional dalam lomba lukis yang ia ikuti. Dan mempertemukan Sudin dengan ayah kandungnya (John Kelayan) yang ternyata merupakan sahabat dari Bang Leo sendiri. Saat Sudin menjadi juara lukis tingkat Kalimantan Selatan dan mewakili daerah Kalsel ke tingkat nasional di Jakarta, Bang Leo menitipkan sepucuk surat untuk sahabatnya John dan meminta Sudin juga untuk membawa lukisan potret diri ayah Sudin untuk diperliatkan ke John bersama surat dari Bang Leo, hingga terkuaklah rahasia diri tentang siapa ayah kandung Sudin sebenarnya.

KELEBIHAN BUKU:

Buku ini memberikan tauladan kepada anak-anak, bahwa kemauan keras akan bisa mengatasi keterbatasan dan hambatan yang dihadapi. 

Di buku ini terdapat beberapa gambar yang menerangkan tentang bagaimana suasana latar tempat lokasi cerita tergambar dengan baik.

KEKURANGAN BUKU:

Penggunaan bahasa tidak baku terlalu berlebihan.

KESIMPULAN

Perjuangan seorang anak sebatang kara menjadi seorang pelukis yang handal hingga mempertemukannya dengan ayah kandung yang dari semenjak dalam kandungan hingga usia 10 tahun belum mengenalnya.