Waringin Sungsang Jawa: Sunan Kalijaga dan Para Muridnya dari Panembahan Kajoran sampai Senopati Ngalaga
Author Buku: Nur Khalik Ridwan
ISBN: 978-623-8108-98-5
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 26 Agustus 2025
Resensi Buku:
Buku ini berangkat untuk meluruskan stigma terhadap ngelmu Waringin Sungsang, yang selama ini sering ditempatkan sebagai bentuk ajian mistis atau sihir Jawa. Penulis menyampaikan bahwa sesungguhnya ajaran ini adalah basis spiritual dan kerakyatan dalam tradisi Islam Jawa, khususnya di wilayah Jawa Selatan. Secara simbolis, Waringin Sungsang digambarkan sebagai pohon beringin terbalik: akarnya berada di langit—melambangkan keterhubungan spiritual menuju Tuhan—sedangkan ranting, daun, dan buahnya tumbuh di bumi, menggambarkan transformasi spiritual yang membumi demi memperbaiki diri dan peradaban Jawa.
Buku ini juga melacak penyebaran ajaran melalui jaringan murid Sunan Kalijaga, termasuk sosok seperti Sunan Tembayat (Syekh Sekardelima), hingga tercermin dalam karya terkenal seperti Serat Centhini, dengan basis penyebaran di wilayah Gunung Slamet. Salah satu poin sentral resensi adalah kritik penulis terhadap pandangan orientalis yang sering memandang Islam Jawa sebagai sinkretik atau hanya sekadar lahiriah. Ia merujuk pada asumsi bahwa Sunan Kalijaga "masuk Islam" hanya secara superfisial—yang menurutnya tidak akurat.
Dengan merujuk pada berbagai sumber lokal seperti Babad Segaluh (jilid 1–3), Serat Suluk Walisana, Suluk Linglung, serta karya-karya yang disandarkan kepada Sunan Kalijaga, Nur Khalik menyatakan bahwa keislaman Sunan Kalijaga mencakup dimensi lahir dan batin. Ia bahkan menyanggah bahwa pertemuannya dengan Sunan Bonang merupakan titik awal "masuk Islam", melainkan momen mendalami ajaran makrifat tasawuf. Sikap ini ia sebut sebagai pendekatan pribumisasi Islam Jawa, suatu cara mendekati ajaran sufistik Jawa secara autentik, bukan sebagai objek yang diinterpretasi oleh pandangan Barat orientalis.
Kelebihan Buku
- Mengoreksi narasi keliru tentang ajaran Waringin Sungsang sebagai sekadar mistis atau ajian semata—alih-alih menggali nilai spiritual dan kultural Jawa yang dalam.
- Kuat dalam basis sumber lokal – menggunakan babad dan suluk tradisional sebagai landasan historis dan spiritual, sehingga memperkuat argumen penulis.
- Pendekatan ideologis yang membumi – menyandang Islam Jawa sebagai praktik spiritual autentik, bukan sekadar fenomena sinkretisme hasil interpretasi asing.
Keterbatasan / Catatan
- Hingga saat ini, belum terlihat apakah buku ini telah mendapatkan respons atau ulasan dari kalangan akademik maupun pembaca luas. Sebagian besar sumber yang tersedia berasal dari akun penerbit dan situs ulasan budaya, belum termasuk kajian kritis lanjutan oleh pakar atau jurnal ilmiah.
- Struktur isi buku lebih difokuskan pada kajian historis-teologis; bagi pembaca yang berharap pada aspek naratif atau biografi Sunan Kalijaga secara mendetail, pendekatan sufistik ini bisa terasa lebih abstrak.