The Old Man And The Sea / Ernest Hemingway

Author Buku: Hemingway, Ernest

ISBN: 978-602-6486-94-3

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 25 November 2025

Resensi Buku:

Novel ini berlatar di Kuba dan berpusat pada kisah Santiago, seorang nelayan tua berpengalaman yang dikenal di komunitasnya sebagai "salão" atau pembawa sial karena ia telah melewati delapan puluh empat hari tanpa menangkap seekor ikan pun. Novel ini lebih dari sekadar kisah penangkapan ikan; ini adalah alegori tentang perjuangan, ketekunan, kehormatan, dan keberanian manusia dalam menghadapi tantangan yang melebihi dirinya. Meskipun Santiago kehilangan hadiah fisiknya, ia memenangkan kembali kehormatan dan harga dirinya.

Buku ini mengisahkan nelayan yang bernama Santiago yang sangat sederhana, tinggal di sebuah gubuk reyot. Meskipun ia tidak beruntung, ia dicintai dan dihormati oleh seorang anak laki-laki bernama Manolin. Selama 40 hari pertama, Manolin ikut berlayar bersama Santiago, tetapi setelah kegagalan yang terus-menerus, orang tua Manolin melarangnya ikut dan menyuruhnya berlayar di perahu yang lebih "beruntung". Namun, Manolin tetap setia, merawat dan menyediakan kebutuhan untuk Santiago, seperti makanan dan umpan. Mereka sering bercakap-cakap tentang baseball dan mengenang masa lalu.

Pada hari ke delapan puluh lima, Santiago memutuskan untuk berlayar lebih jauh dari perairan biasa, menuju perairan dalam yang disebut Gulf Stream, sendirian. Pagi harinya, umpannya dimakan oleh seekor ikan yang sangat besar. Santiago menyadari bahwa ini adalah seekor marlin raksasa, ikan yang ukurannya bahkan jauh lebih besar daripada kapalnya. Di sinilah pertarungan epik dimulai. Santiago tidak bisa menarik ikan itu, justru perahunya yang ditarik oleh marlin selama dua hari dua malam tanpa henti. Selama perjuangan itu, Santiago terluka, kelelahan, dan lapar. Namun, ia menunjukkan ketekunan, kegigihan, dan rasa persahabatan yang mendalam terhadap ikan marlin tersebut, bahkan menganggapnya sebagai saudara. Ia berjuang keras sendirian di tengah lautan luas, menyemangati dirinya sendiri, dan menyesali bahwa Manolin tidak bersamanya. Akhirnya, setelah perjuangan panjang yang menguras tenaga, marlin raksasa itu mulai kelelahan dan berenang mendekati perahu. Santiago berhasil menusuk marlin itu dengan tombaknya, membunuhnya.

Namun, karena ikan marlin mati dengan tusukan tombak Santiago, ikan itu meninggalkan jejak darah di lautan dan menarik perhatian sekawanan hiu-hiu besar. Sehingga Santiago terpaksa bertarung kembali melawan hiu-hiu tersebut. Meski sempat membunuh hiu Mako besar dan sempat kehilangan senjatanya, Santiago bertarung dengan gagah berani, namun tidak mampu mengalahkan gerombolan hiu yang tak henti-hentinya menyerang. Ketika ia akhirnya mencapai pantai sebelum fajar keesokan harinya, yang tersisa dari marlin raksasanya hanyalah tulang belulang, kepala, dan ekor yang terikat di lambung perahu. Hiu-hiu telah memakan semua dagingnya.

Di akhir cerita, Santiago kembali tidur dan memimpikan singa-singa di pantai Afrika, sebuah simbol masa muda dan kekuatan yang kini telah ia raih kembali melalui perjuangannya. (N Ratih Suharti)