Islam Tegallinggah Bali : Sejarah, Budaya dan Keteladanan
Author Buku: Samsul Hadi, Jailani, Azwar Anas, Jaini Halim, Abdul Aziz, dkk.-
ISBN: 978-623-220-168-2
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 11 November 2025
Resensi Buku:
Ketika berbicara tentang Bali, citra yang langsung terlintas di benak banyak orang adalah Pulau Dewata dengan Pura yang megah dan budaya Hindu yang kental. Namun, Bali adalah sebuah mozaik yang jauh lebih kompleks dan berwarna. Buku "Islam Tegallinggah Bali: Sejarah, Budaya dan Keteladanan" karya Samsul Hadi dkk. hadir untuk menyingkap salah satu kepingan mozaik penting tersebut: potret komunitas Muslim yang telah hidup dan berakulturasi damai selama berabad-abad di Desa Tegallinggah, Buleleng. Buku ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah studi mendalam yang berfungsi sebagai "laboratorium hidup" pluralisme di Indonesia. Ia membedah bagaimana sebuah komunitas minoritas mampu eksis, berdialog, dan berkontribusi pada harmoni sosial di tengah lingkungan yang didominasi oleh budaya yang berbeda.
Sesuai dengan subjudulnya, buku ini dibangun di atas tiga pilar utama yang saling terkait: Sejarah, Budaya, dan Keteladanan.
1. Jejak Sejarah yang Panjang; Bagian ini dengan cermat merekonstruksi asal-muasal dan jejak historis kedatangan Islam di Tegallinggah. Dengan menggunakan pendekatan historis, buku ini melacak genealogi komunitas, interaksi awal mereka dengan kerajaan-kerajaan lokal, dan bagaimana mereka menempati ruang sosial-politik di Bali dari masa ke masa.
2. Akulturasi Budaya yang Unik; Para penulis secara brilian menganalisis bagaimana ajaran Islam dan kearifan lokal Bali (budaya Hindu-Bali) tidak saling berbenturan, melainkan berdialog dan berakulturasi secara kreatif. Buku ini menyoroti berbagai manifestasi akulturasi tersebut:
- Bahasa: Bagaimana bahasa Bali digunakan dalam interaksi sehari-hari dan bahkan dalam beberapa tradisi keagamaan.
- Kesenian & Arsitektur: Pengaruh estetika Bali yang mungkin terselip dalam arsitektur masjid kuno atau dalam tradisi kesenian lokal.
- Adat Istiadat: Praktik-praktik sosial seperti gotong royong (saling bantu) dan tradisi slametan yang telah menyerap unsur-unsur lokal tanpa mencederai esensi akidah Islam.
Buku ini menunjukkan bahwa menjadi Muslim di Tegallinggah berarti menjadi Muslim sekaligus menjadi orang Bali, sebuah identitas hibrida yang harmonis.
3. Keteladanan dalam Praktik Pluralisme; Pilar ketiga adalah pesan utama buku ini. "Keteladanan" (exemplary conduct) komunitas Tegallinggah menjadi fokus analisis. Buku ini mengidentifikasi nilai-nilai kunci yang mereka praktikkan, seperti toleransi (tasamuh), saling menghormati, dan partisipasi aktif dalam kehidupan sosial tanpa memandang latar belakang agama. Komunitas ini menjadi bukti hidup bahwa perbedaan bukanlah sumber konflik, melainkan fondasi untuk saling melengkapi. Mereka mempraktikkan "Islam rahmatan lil 'alamin" (rahmat bagi seluruh alam) dalam kehidupan bertetangga sehari-hari.
"Islam Tegallinggah Bali" adalah buku yang wajib dibaca, bukan hanya oleh akademisi atau mahasiswa sejarah, antropologi, dan studi agama. Buku ini harus dibaca oleh para pembuat kebijakan, tokoh agama, aktivis sosial, dan siapa saja yang peduli dengan masa depan kerukunan di Indonesia.
Buku ini lebih dari sekadar dokumentasi sejarah; ia adalah sebuah inspirasi dan panduan praktis tentang bagaimana merawat kebinekaan. Samsul Hadi dkk. telah memberikan sumbangsih berharga dalam mendokumentasikan sebuah model harmoni yang telah teruji oleh waktu.
Kelebihan Buku:
- Riset Mendalam: Buku ini didasarkan pada penelitian multidisipliner (sejarah dan antropologi), membuatnya kaya akan data dan analisis yang kuat.
- Topik Unik dan Penting: Di tengah menguatnya politik identitas, buku ini hadir sebagai oase yang menyejukkan. Ia menantang stereotip dan menunjukkan "wajah lain" Islam di Indonesia yang damai dan adaptif.
- Sangat Relevan: Pesan tentang akulturasi dan keteladanan dalam kerukunan sangat relevan untuk konteks Indonesia modern.
- Struktur Jelas: Pembagian menjadi tiga pilar (Sejarah, Budaya, Keteladanan) membuat alur buku ini sangat mudah diikuti.
Kekurangan (Kelemahan) Buku:
- Sebagai sebuah buku yang lahir dari penelitian akademis, beberapa bagian mungkin terasa padat dan berat bagi pembaca awam yang mencari bacaan ringan.
- Fokus yang sangat tajam pada Tegallinggah, Buleleng, mungkin membuat pembaca bertanya-tanya tentang perbandingannya dengan komunitas Muslim Bali lainnya (seperti di Loloan, Jembrana, atau di Denpasar), meskipun ini wajar untuk sebuah studi kasus yang mendalam.