Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul Buku
  • Author Buku
  • Author Resensi
  • ISBN/ISSN

Banten dan Pembaratan / Mufti Ali, Editor: Ayatullah Humaeni

Author Buku: Mufti Ali ; Ayatullah Humaeni

ISBN: 978-602-340-008-23

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 25 Agustus 2023

Resensi Buku:

Buku ini mencoba memaparkan bagaimana interaksi masyarakat Banten dengan pendidikan modern ala Barat.. masyarakat Banten yang dulu terkenal sangat religius dan fanatik dan sangat resistant terhadap beragam kebudayaan yang dibawa oleh Barat (Belanda), termasuk dalam hal pendidikan ala Eropa, seiring berjalannya waktu ternyata mau tidak mau harus bersentuhan dan bertransformasi menuju masyarakat yang lebih beradab dan modern. Sekolah-sekolah yang dibangun dan disediakan untuk masyarakat pribumi mulai memperoleh banyak siswa yang menyadari arti penting sebuah pendidikan, bahkan sekolah puteri yang dikhususkan untuk perempuan, golongan masyarakat yang selama ini selalu dibatasi untuk memperoleh akses pendidikan.

Sekolah dalam pengertian yang formal diperkenalkan di Banten pada tahun 1854. Meskipun sekolah ini adalah sekolah agama Kristen yang dimaksudkan untuk menyebarluaskan pengajaran Kristen kepada penduduk Cikuya, Lebak namun juga memberikan pengajaran menulis, membaca dan berhitung. Sekolah umum murni yang mengajarkan calistung serta pengajaran bahasa Belanda kepada kaum pribumi baru didirikan pada tahun 1876 oleh Bupati Pandeglang. Sekolah ini berlokasi diemper rumah dinas bupati dan dirujuk dalam catatan kolonial dengan Bijzondere inlandsche openbare lagere school. Memori serah Jabatan Residen Banten tahun 1934 mencatat lebih dari 250 sekolah dasar baik sekolah Belanda (subsidi penuh), sekolah pribumi (subsidi) maupun sekolah partikulir yang berafiliasi pada pergerakan seperti SI, Paguyuban Banten, Pasundan, Tionghoa dan sekolah-sekolah yang berafiliasi ke lembaga zending.

Semua sekolah yang dibangun sebelum tahun 1910 adalah sekolah rendah atau lagere school. Pada tahun 1910 dibangun sekolah calon pamong praja tingkat rendah atau Opleiding school voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Serang. secara jenjang pendidikan, pendirian sekolah ini menghapus proposisi bahwa Banten adalah satu-satunya residensi di Jawa yang hanya memiliki sekolah rendah dan karena alasan sosiologis tidak patut menjadi tempat untuk sekolah yang lebih tinggi. Namun di sisi lain keberadaan sekolah ini makin memperkuat dan memperkokoh apa yang disebut HJ Benda dengan 'peradaban priyayi' (priyayi civilization) yang secara worldview vis a vis pemerintah kolonial dan modernitas berhadapan dengan 'peradaban santri' (santri civilization) yang menjadi ciri khas Banten.