Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul Buku
  • Author Buku
  • Author Resensi
  • ISBN/ISSN

Tragedi Berdarah Di Banten 1888

Author Buku: A Hamid

ISBN: 978-979-

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 25 Agustus 2023

Resensi Buku:

 

Buku "Tragedi Berdarah Di Banten 1888" ini disusun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan narasumber. Peristiwa demi peristiwa disampaikan berdasar kebenaran sejati, dikhawatirkan sirna terkikis zaman akibat usia, sehingga tersusunlah buku ini. Melalui penuturan para orang tua dan tokoh-tokoh serta pemuka masyarakat Banten tentang "Tragedi Berdarah Di Banten 1888" tersebut yang masih hidup bahkan ada sementara kalangan petani yang dalam usia senjanya masih mampu bertutur dengan bahasa yang jernih, dengan penuh semangat mereka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi serta rangkaian peristiwa yang melatarbelakanginya.

Buku ini juga ditulis dan dsusun berdasarkan apa adanya, sesuai dengan yang dialami masyarakat itu pada zamannya dan menunjukkan permasalahan dari sudut kacamata masyarakat Banten pada umumnya dan masyarakat Cilegon khususnya. Mungkin informasi yang disampaikan dalam buku ini akan bertentangan dengan apa yang tercatat dalam sejarah yang dimiliki oleh penjajah waktu itu, karena peristiwa berdarah di Banten tahun 1888 ini merupakan bagian dari prolog Kebangkitan Nasional, meski dalam ruang lingkup regional. Rasa kesadaran berbangsa telah dicetuskan oleh KH Wasyid serta pengikutnya pada waktu itu, berkaitan erat dengan gejolak yang ditimbulkan putera-putera Bangsa Indonesia lainnya, untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang melancarkan taktik dan strategi 'devide et impera'.

Yang melatarbelakangi dari peristiwa berdarah di Banten ini adalah Situasi sosial rakyat Banten pada saat itu dalam keresahaan dan kepihatinan, baik karena terjadinya penindasan maupun ketidakadilan yang selalu menimpa masyarakat oleh bangsa penjajah, dan yang merasakan tidak saja para Ulama tetapi hampir seluruh lapisan masyarakat termasuk kalangan petani yang ada di Banten. Pada tanggal 9 Juli 1888 di pagi buta meletuslah peristiwa yang penuh heroisme, yang kemudian dikenal dengan sebutan Perang Cilegon, Perang Kiyai Wasid, Geger Cilegon dan sebagainya. Dukungan peperangan ini berasal dari berbagai kalangan, seperti kalangan ulama, kalangan petani, kalangan pribumi dan Pejabat Pemerintah. Sejumlah faktor lain yang menyulut terpicunya perlawanan masyarakat tersebut, diantaranya (1) fragmentasi kekuatan rakyat serta proliferasi kepemimpinan yang menghalangi pemberontakan bersekala besar, (2) kecendrungan struktural berupa munculnya kepemimpinan yang kuat dan keramat serta terbentuknya jaringan hubungan antara elite religious, (3) penderitaan berkepanjangan dari rakyat Banten sebagai akibat tindakan pemerintah dalam menghadapi wabah penyakit ternak, (4) prilaku aparat pemerintah Belanda (5) bahaya kelaparan, (6) penderitaan rakyat akibat letusan gunung Krakatau, (7) tumbuh gejala anti kafir serta semakin meningkatnya ibadah di kalangan rakyat, (8) diberlakukannya sistem perpajakan baru sebagai pengganti dihapuskannya kerja wajib dan sebagainya.