Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul Buku
  • Author Buku
  • Author Resensi
  • ISBN/ISSN

Sejarah Banten : Dari Masa Nirleka (Prasejarah) hingga Akhir Masa Kejayaan Kesultanan Banten (Abad ke-17)

Author Buku: Yoseph Iskandar dkk

ISBN: 978-979-96464-0-5

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 28 Agustus 2023

Resensi Buku:

Perjalanan hidup sebuah masyarakat atau bangsa, biasanya selalu terekam dalam berbagai media. Mulai dari sekedar ingatan anggota masyarakatnnya yang terhimpun, beragam catatan, kumpulan liputan dan penelitian sampai pada temuan tebaran “fakta keras” yang lain. Orang menyebut rekam jejak perjalanan itu sebagai “sejarah”. Meskipun muncul berbagai versi atau variasi lain dalam sejarah (kisah), tapi paling tidak terdapat dua hal yang selalu mewarnai setiap pakem dan versi tersebut. Yakni pertama, keperluan untuk mengambil nilai-nilai atau sisi-sisi baik dan kearifan sebuah sejarah; dan kedua, untuk menemukan asal-usul.

Dalam buku ini diceritakan tentang adanya sebuah masyarakat di ujung wilayah kulon Pulau Jawa, yang diduga kuat pernah mendirikan sebuah pemerintahan berbentuk kerajaan bernama Salakanagara, (Salaka perak; nagaranegara), dengan silsilah raja berwangsa “Warman”. Diperkirakan mulai berdiri di Pulasari dan berkembang ke kawasan Selatan Banten, Teluk Lada dan Pantai Barat Pulau Jawa di Pandeglang, pada jangka tahun 130-an hingga 360-an Masehi. Ini berarti bahwa Salakanagara berdiri sebelum Tarumanagara (350-an sampai 660-an Masehi). Mungkin karena bentangan waktu yang relatif lebih jauh dibanding dengan Pajajaran (1480-an sampai 1570-an Masehi), sehingga meskipun keduanya tak menyisakan artefak reruntuhan kerajaan, tetapi masyarakat “tak perlu mencari” lagi untuk menerima keberadaan Pajajaran. Ketertarikan dan rasa ingin tahu semakin bertambah manakala membaca catatan silsilah raja-raja Salakanagara. Sebab, alur kisah yang sampai kepada kita, bahwa raja-raja Nusantara lainnya, seperti Tarumanagara (Jawa Barat), Kutai (Kalimantan), Sriwijaya (Sumatera) masih punya pertalian darah atau paling tidak hubungan sangat dekat dengan trah Salakanagara. Yang selanjutnya kita tahu bahwa Tarumanagara disebut sebagai “orang tua” dari Kerajaan Sunda. Dan Sunda temurun ke (Sunda) Pajajaran. Lalu Kerajaan Pajajaran ke Cirebon dan Banten.

Upaya diterbitkannya buku Sejarah Banten ini merupakan sebuah penelusuran nilai sejarah yaitu dengan ditemukannya petilasan di pesisir barat Pandeglang, merupakan bukti arkeologis bahwa di daerah tersebut diduga kuat adanya Kerajaan Salakanagara yang merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua (sekitar abad ke-2) di Nusantara. Sebagai penerus, berdirilah tunas Pajajaran di belahan barat Tatar Sunda, yaitu Kerajaan Surosowan Banten yang bercorak Islam. Kerajaan tersebut didirikan oleh Syekh Maulana Hasanuddin, putera Syekh Syarif Hidayatullah (Susuhunan Jati Cirebon), cicit dari Sri Baduga Maharaja Pajajaran. Akhirnya, Surosowan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Abul-fath Abdulfatah, yang dikenal pula dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dialah leluhur kita, patriot Banten sejati, yang semangatnya tidak pernah surut menentang kompeni Belanda. Dari mutiara sejarah leluhur Banten itulah, kita harus banyak belajar dan termotivasi untuk membangun Banten masa kini dan Banten di masa yang akan datang.