Semua Kolom
  • Semua Kolom
  • Judul Buku
  • Author Buku
  • Author Resensi
  • ISBN/ISSN

Banten Seabad Setelah Multatuli : Catatan Seorang Tapol 12 Tahun dalam Tahanan , Kerja Rodi, dan Pembuangan

Author Buku: DJOKO Sri Moeljono

ISBN: 978-602-8331-25-8

Author Resensi: N Ratih Suharti

Tanggal Resensi: 30 Januari 2024

Resensi Buku:

Buku ini menceritakan tentang 'keadaan darurat' yang berlangsung selama tiga puluh dua tahun. Segera setelah peristiwa 1 Oktober 1965, Mayjen Soeharto mendesak Presiden Soekarno untuk "memulihkan keamanan dan ketertiban". Berbekal tugas itu, berbagai undang-undang dan peraturan-peraturan diabaikan, hak-hak warga dilanggar dan bagi sejumlah besar dari mereka bahkan dicabut sama sekali, dan ketertiban (orde) pun ditegakkan. Selama tiga puluh dua tahun orde baru memerintah dengan prinsip yang sama. Hukum dapat diabaikan, hak-hak dapat dilupakan, jika penguasa merasa keamanan dan ketertiban terganggu. Tidak ada ukuran obyektif yang digunakan. Pembenaran atas tindakan yang diambil sepenuhnya berdasar tafsir yang dibuatnya sendiri dan tentu saja kemampuannya meredam dan membungkam tafsir yang lain terhadap kenyataan. Dalam peristiwa 1965 ratusan ribu tahanan tidak diberi kesempatan membela diri di pengadilan. Mereka yang sempat dibawa ke pengadilan pun hanya diberi kesempatan bicara tanpa efek apa pun pada keputusan yang sudah dikantongi sebelum persidangan dimulai.

Buku "Banten Seabad setelah Multatuli" ini ditulis oleh Djoko Sri Moeljono (DSM) ini menceritakan pengalaman DSM di penjara yang lebih buruk dari masa kolonial, jika penguasa kolonial memberi makan dan pelayanan ala kadarnya maka di masa orde baru para tahanan politik (tapol) harus dihidupi sendiri oleh keluarga mereka. Dan itu pun jatah makanan yang dibawa masih dipotong atau dirampas oleh petugas. Cerita dari penjara ini menandai sesuatu yang sanagt besar dalam sejarah Indonesia, dengan praktik semacam itu orde baru secara sosial membawa Indonesia yang baru merdeka kembali ke alam penjajahan. Praktik yang dihidupkan kembali oleh orde baru adalah kerja paksa. DSM mencatat bagaimana para tapol dikerahkan untuk bekerja di proyek pemerintah, membangun gedung sekolah, madrasah, jalan raya, jembatan dan juga di 'perusahaan' yang dijalankan oleh militer. Termasuk disini jalan raya Saketi-Malingping yang sudah dimulai sejak 1950-an. Dalam hal ini dapat dikatakan kerja paksa di segala zaman, hubungan kerja antara majikan dengan tenaga kerja tidak jelas. Tidak ada jam kerja dan para pekerja harus siap ditugaskan kapan pun dan kemanapun. Dari perspektif pemilik modal dan pengusaha, tidak ada yang lebih indah dari hubungan kerja semacam itu kerena mendatangkan keuntungan berlipat dalam waktu yang singkat.

Buku ini merupakan catatan harian, kenangan dałam berbagai bentuk ekspresi yang ditulis para tapol atau korban kekerasan negara pąda umumnya sebagai upaya merebut kembali kemanusiaan yang dirampas oleh penguasa. Dengan menceritakan perjalanan hidup mereka yang kaya dan penuh warna, para tapol memberi wajah dan kehidupan pada 'nomorbaju' yang kemudian mengikat dan menentukan hidup mereka. Lebih dari iłu, mereka juga menceritakan dunia lain yang ikut dihancurkan kekuasaan militer dan merampas kebebasan mereka. ( N Ratih Suharti )

Kata Kunci : Sejarah Banten – Catatan Harian Tapol