China Benteng : Antara Pluralitas, Kesukubangsaan, dan Kepercayaan / Sholahuddin Al Ayubi dan Ade Fakih Kurniawan
Author Buku: Sholahuddin Al Ayubi ; Ade Fakih Kurniawan
ISBN: 978-602-8748-00-1
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 20 Februari 2024
Resensi Buku:
Etnis Cina Benteng, tidak terlepas dengan akulturassi bangsa dan kesukubangsaan yang jati dirinya mereka tetap mengakui bahwa Indonesia adalah negaranya. Indonesia adalah sebuah mozaik yang indah dan kaya warna karena tumbuh subur berbagai agama dan budaya serta warganya hidup berdampingan damai, rukun dan harmonis selama berabad-abad. Hal inilah yang perlu bagi mereka mempertahankan kesukubangsaan mereka dan kewajiban bagi kita untuk memberikan kenyamanan terhadap Etnis Cina Benteng.
Banten pada masa dinasti Maulana Yusuf telah membangun wilayah pemukiman penduduk asing, seperti Turki, Persia, Siam, dan Cina. Tujuan pembangunan wilayah ini karena cepatnya arus pendatang dari mancanegara di wilayah ini, maka diaturlah pemukiman penduduk itu sesuai keahlian dan asal-usul mereka, sehingga di kawasan ini tumbuh perkampungan masyarakat mancanegara. Etnis Cina sendiri selanjutnya membangun pemukiman di pinggiran pantura dari Banten sampai ke Tangerang, sehingga mereka memiliki keturunan dan bernak pinak. Dan akhirnya mereka disebut "Cina Benteng".
Masyarakat etnis Cina Benteng Teluk Naga merupakan masyarakat dengan proses kehidupan yang memiliki akulturasi, asimilasi, pluralisme, dan integrasi sudah tidak lagi dipandang sebelah mata. Mereka sudah merasa nyaman, berasimilasi dengan kehidupan lokal. Tidak ada lagi suatu sekat sosial, budaya, berbahasa, beragama dan bahkan bagi etnis Cina Benteng Sudah tidak dapat dibedakan secara fisik antara etnis lokal dan Cina Benteng. Dan bagi etnis Cina Benteng persamaan fisik adalah sebuah berkah dalam menjalani kehidupannya.
Yang unik dari masyarakat etnis Cina Benteng adalah bahwa mereka sudah berakulturasi dan beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan lokal. Dalam percakapan sehari-hari misalnya, mereka sudah tidak dapat lagi berbahasa China, Logat mereka bahkan sudah sangat Sunda pinggiran bercampur Betawi. Tidak seperti China peranakan pada umumnya yang berkulit putih, kebanyakan China peranakan di Tangerang berkulit gelap, matanya pun tidak sipit. Sehari-hari mereka bertani, berdagang kecil-kecilan. China Benteng memang selalu diidentifikasi dengan stereotif orang China berkulit hitam atau gelap, jagoan beladiri dan hidupnya pas-pasan atau malah miskin. (N Ratih Suharti)
Kata Kunci : Etnis Cina Benteng, Sejarah Etnis Cina - Banten