Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial Di Banten, Masyarakat, Negara, dan Dunia Luar Banten 1750 - 1830 Changes of Regime and Social Dynamics In West Java : Sosiety, State, Abd Outer Wold of Banten 1750-01830 / Ota Atsushi
Author Buku: Ota Atsushi
ISBN: 978-602-8748-04-9
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 21 Februari 2024
Resensi Buku:
Pada pertengahan abad ke-18, ekonomi kesultanan Banten tergantung pada ekspor lada yang dihasilkan terutama di daerah sebrang lautan, Lampung. Lada menyumbang 70% pendapatan sultan dan berjumlah dari 40% sampai 80�ri semua lada yang diperdagangkan oleh VOC. Ibukota Banten dengan populasi sekitar 10.000 orang, mengekspor bahan-bahan makanan dan komoditas-komoditas manufaktur sederhana dari kesultanan ke Batavia, dan mengekspor peralatan rumah tangga dari Cina, India dan Jawa dari Batavia. Secara singkat Kesultanan Banten adalah negara pengekspor lada yang secara ekonomi terikat kuat ke Batavia.
Pada 1750 kebalikan dari perang-perang di Mataram sekitar waktu yang sama, perang sipil di Banten tidak menyebabkan perpecahan kesultanan. Kompeni berhasil mengalahkan para pemberontak sepenuhnya, sehingga kompeni tidak harus membagi kekuasaan diantara para penuntut. Keberhasilan militer merupakan hasil dari dukungan yang ditawarkan oleh elit lokal yang kuat dan anggota-anggota keluarga kerajaan yang berpengaruh yang tidak secara realistis mencari dukungan dari kerjasama dengan VOC.
Dengan ditumpasnya pemberontakan pada 1752, VOC mengakhiri status kesultanan menjadi negara jajahan. Sehingga VOC memperoleh landasan hukum untuk campur tangan dalam urusan internal wilayah. Awalnya status negara jajahan ini tidak menjadi tanda penurunan ekonomi maupun perubahan yang drastis dalam struktur sosial politik kesultanan. Sultan bahkan melihat peningkatan pendapatan, karena pengiriman lada yang melimpah, bantuan militer VOC dan perbaikan ekonomi Batavia sampai sekitar 1770.
Pemberontakan Banten terjadi sekitar 1750-1752 dimana kekuasaan sultan relatif masih stabil dan mulai membangun hubungan antara sultan dan Kompeni, sehingga menimbulkan intervensi Belanda terhadap masyarakat lokal di Lampung dan Banten. Saat pemberontakan dipadamkan dengan bantuan militer VOC pada tahun 1752, Kesultanan Banten menjadi kerajaan yang tergantung kepada kompeni dan sejak kejadian itu setiap pergerakan dari kesultanan selalu diawasi oleh VOC. Selanjutnya VOC mulai mempromosikan penanaman lada di Lampung dan Banten dan berusaha terus mengenalkan sejenis penanaman paksa di pedalaman Banten. Namun usaha ini tidak meningkatkan produksi lada melainkan mendorong munculnya kekuatan elit lokal. Pada saat yang sama, pedagang Bugis, China dan Asia lainnya serta para pedagang dari negara-negara Inggris menggabungkan Banten dan Lampung ke dalam pola perdagangan inter-regional yang baru. (N Ratih Suharti)
Kata Kunci : Rezim Pemerintahan Banten – 1750-1830