MITOS dari LEBAK : Telaah Kritis Peran Revolusioner Multitatuli / Rob Nieuwenhuys
Author Buku: Nieuwenhuys,Rob
ISBN: 978-623-7357-03-2
Author Resensi: N Ratih Suharti
Tanggal Resensi: 23 Februari 2024
Resensi Buku:
Mitos dari Lebak merupakan sebuah telaah kritis tentang pandangan hidup Douwes Dekker, Asisten Residen di Lebak pada abad ke-19, dalam kasus yang terkenal karena tuduhannya terhadap bupati Lebak dan permintaan berhenti sebagai asisten residen yang diajukannya kepada Gubernur Jenderal Belanda. Tanpa Berbasa-basi dan dengan diksi-diksi tajam yang “menusuk”, Rob Nieuwenhuys berhasil menguliti habis-habisan peristiwa bersejarah yang terjadi di Lebak Banten, hampir dua abad lalu. Melalui studi sejarah, Rob menguak peran Douwes Dekker alias Multatuli alias Max Havelaar sewaktu jadi asisten residen di Lebak yang kemudian menjadi latar masalah dalam mahakaryanya Max Havelaar. Mitos dari Lebak juga bisa dipandang sebagai kritik atas romantisme sejarah terhadap Dekker sendiri maupun karya besarnya Max Havelaar. Alih-alih revolusioner, tindakan Lebaknya ternyata sebuah usaha pencaplokan politik.
Mitos dari Lebak adalah perpanjangan dari tiga artikel yang diterbitkan dalam majalah opini berbahasa Belanda, Haagse Post, pada 1975. “Persis di hari kita merayakan seratus tahun wafatnya Multatuli, Nieuwenhuys melancarkan kembali serangan terhadap kaum Multatulian yang menganggap peristiwa Lebak yang disajikan dalam Max Havelaar sebagai gambaran sesungguhnya dari realitas yang mengemuka pada 1856,” tulis wartawan Belanda Jaap Goedegebuure.
Dalam Mitos dari Lebak, Nieuwenhuys mengangkat isu perihal bagaimana sebaiknya khalayak menilai tindakan Max Havelaar dan Dekker di Lebak. Ia mengambil alur argumentasinya dari Gerret Pieter Rouffaer (1860-1928), seorang cendekiawan sekaligus pengagum Multatuli, yang berkelana ke Jawa pada 1884 demi menilai peristiwa Lebak. Sialnya, Rouffaer mendapati bahwa peristiwa di Lebak tidaklah sesuai dengan yang dilukiskan oleh Multatuli. Catatan-catatan yang disimpan Rouffaer selama lima tahun tinggal di Hindia kini melengkapi segunung arsip KITLV, tempat Rouffaer bekerja dari 1898 hingga ajal menjemputnya pada 1928.
Menurut Nieuwenhuys, Dekker gagal karena ia tidak memahami budaya dan masyarakat Banten. Bahkan Nieuwenhuys melukiskan bagaimana Dekker bagitu menjunjung norma dan nilai Eropanya, menjadikan itu sebagai standar. Lebih lanjut, Dekker juga menjunjung sikap paternalistis dan orientalis terhadap para bupati serta rakyat Indonesia lainnya. Di mata Nieuwenhuys, akibat perspektif Eropasentris ini Dekker salah menafsirkan hubungan timbal balik orang Indonesia dan peristiwa Lebak pada umumnya. Nieuwenhuys dapat disebut sebagai intelektual pascakolonial, meski kala itu istilah pascakolonial belum ditemukan (avant la lettre). (N Ratih Suharti)
Kata Kunci : Mitos, Lebak, Multatuli