Menjadi Guru Milenial di Era Digital

Author Buku: Christina Sri Purwanti

ISBN: 978-623-8017-59-1

Author Resensi: Iman Sukwana

Tanggal Resensi: 21 Maret 2024

Resensi Buku:

Modal dasar yang diperlukan oleh seorang guru adalah memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosi. Dimana kecerdasan emosi dikembangkan dengan cara mengendalikan dan mengurangi emosi negatif, tetap tenang dan kelola stres dengan baik, tetap proaktif atau tidak reaktif, bersikap tegas dan optimis pantang menyerah menghadapi tantangan, serta ekspresikan emosi dengan kedekatan murid.

Tipe-tipe guru yang sering ditemui disekolah seperti guru formalis (bergantung pada buku sebagai bahan ajar), guru jaim (selalu bertingkah perfek di depan peserta didiknya), guru killer (guru yang paling ditakuti peserta didiknya), guru invisible (jarang masuk kelas, hanya tugas dan tugas saja), guru amnesia (sering lupa, tetapi memberi efek negative dan positif), guru muda (fresh graduate), guru penulis (tipe guru yang hobi menulis), guru peneliti (berdasarkan fakta dan data), guru sahabat (yang bisa menjaga jarak antara guru dan peserta didiknya), guru humoris (banyak humor dan disenangi peserta didik), guru motivator (memotivasi dan solusi).

Sebagai seorang guru, seseorang harus memiliki etos kerja yang berarti bahwa ciri atau karakteristik tentang cara bekerjanya, kualitas, sikap serta cara pandang dalam melaksanakan tugas sekolah. Etos kerja merupakan landasan untuk meningkatkan kinerja seorang guru untuk mencapai unjuk kerja yang tinggi.

Di era digital ini, guru dituntut untuk menjadi seorang yang hebat yang mengerti perkembangan teknologi yang nantinya diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal-hal yang bisa dilakukan adalah memahami ruang teknologi di sekolah, menghadiri kursus teknologi dan seminar, membantu mengurangi penyalahgunaan teknologi oleh siswa, melakukan monitoring kegiatan anak di sosial media, menjadi role model dalam pembuatan media pembelajaran.

Jabatan guru adalah jabatan professional yang memiliki kode etik dalam melaksanakan tugasnya. Kode etik itu menjadi pedoman bagi seorang guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, rekan sejawat, orang tua dan masyarakat. Jika seorang guru memedomani kode etik guru maka hal-hal yang menyimpang tidak akan terjadi selama menjalankan tugasnya.

Guru, digugu dan ditiru. Sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang guru. Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakinisebagai kebenaran oleh anak didiknya. Ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan atau panutan. Walaupun guru bukanlah seorang "superhero" dan tidak sepenuhnya yang dilakukannya selalu benar, tetapi guru adalah sosok yang berada diatas rata-rata manusia. Ditangan guru lah calon pemimpin bangsa dididik dan dibimbing.

Buku ini menyajikan materi pembahasannya dengan pointer-pointer agar lebih memberikan penjelsan terperinci dan mudah dipahami oleh pembacanya. Namun terdapat pointer tersebut yang tidak nyambung. Namun terlepas dari itu semua, penulis memberikan uraian bermula dari pertanyaan, sehingga terkesan seperti memberikan solusi bagi pembacanya. Dan buku ini bisa dijadikan salah satu referensi bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dalam menyikapi perkembangan teknologi yang menyertainya. (iwana)